MARI BERSHALAWAT KEPADA RASULULLAH SHOLLALLAHU ALAIHI WA SALLAM


oleh Ali Wafa Abu Sulthon



Sebagai kaum muslimin kita oleh Allah Azza Wa Jallah diperintahkan untuk bershalawat kepada Rasulullah Shollallahu alaihi Wa Sallam disebutkan dalam Al Qur'an , Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Siapa yang bershalawat untukku satu kali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.”

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu Berkata :

“Mengucapkan shalawat untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan perkara yang disyariatkan. Di dalamnya terdapat faedah yang banyak. Di antaranya menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, menyepakati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya yang juga bershalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)

Faedah lainnya adalah melipatgandakan pahala orang yang bershalawat tersebut, adanya harapan doanya terkabul, dan bershalawat merupakan sebab diperolehnya berkah dan langgengnya kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana bershalawat menjadi sebab seorang hamba beroleh hidayah dan hidup hatinya. Semakin banyak seseorang bershalawat kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengingat beliau, akan semakin kental pula kecintaan kepada beliau di dalam hati. Sehingga tidak tersisa di hatinya penentangan terhadap sesuatu pun dari perintahnya dan tidak pula keraguan terhadap apa yang beliau sampaikan.

Dari Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا وَلاَ تَجْعَلُوا قَبْرِيْ عِيْدًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُمَا كُنْتُمْ

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan2 dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai id3. Bershalawatlah untukku karena shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.”

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud.

Bersholawat untuk Rasulullah Shollallahu Alaihi wa Sallam bukan hanya di lisan kita akan tetapi waktu penulisan nama Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam harus pula disertai tulisan sholawat terhadap Beliau Shollallahu alaihi wa Sallam tampa menyingkatnya sebagaimana diterangkan oleh Al Imam As - Suyuthi rahimahullah Berkata:

dalam kitabnya Tadribur Rawi fi Syarhi Taqrib An-Nawawi, bahwa “Dibenci menyingkat tulisan shalawat di sini dan di setiap tempat yang disyariatkan padanya shalawat, sebagaimana disebutkan dalam Syarah Muslim dan selainnya, berdalil dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا

As-Suyuthi juga mengatakan, “Dibenci menyingkat shalawat dan salam dalam penulisan, baik dengan satu atau dua huruf seperti menulisnya dengan صلعم, bahkan semestinya ditulis secara lengkap.”

Inilah wasiat saya kepada setiap muslim dan pembaca juga penulis, agar mereka mencari yang utama/afdhal, mencari yang di dalamnya ada tambahan pahala dan ganjaran, serta menjauhi perkara yang dapat membatalkan atau menguranginya.”

Juga Ibnu Shalah Berkata:

“Hendaklah ia menjauhi dua kekurangan dalam penyebutan shalawat tersebut:

Pertama, ia menuliskan lafadz shalawat dengan kurang, hanya meringkasnya dalam dua huruf atau semisalnya.

Kedua, ia menuliskannya dengan makna yang kurang, misalnya ia tidak menuliskan وَسَلَّمَ.”

Al-’Allamah As-Sakhawi rahimahullahu dalam kitabnya Fathul Mughits Syarhu Alfiyatil Hadits lil ‘Iraqi, menyatakan, “Jauhilah wahai penulis, menuliskan shalawat dengan singkatan, dengan engkau menyingkatnya menjadi dua huruf dan semisalnya, sehingga bentuknya kurang. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang jahil dari kalangan ajam (non Arab) secara umum dan penuntut ilmu yang awam. Mereka singkat lafadz shalawat dengan ص, صم, atau صلعم.6 Karena penulisannya kurang, berarti pahalanya pun kurang, berbeda dengan orang yang menuliskannya secara lengkap.

Shalawat Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam bukanlah amalan yang asing bagi seorang muslim. Hampir-hampir setiap majlis ta’lim ataupun acara ritual tertentu tidak pernah lengang dari dengungan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam.

Diantara shalawat-shalawat yang telah dituntunkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam kepada umatnya, yaitu:

اللّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، اللهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

“Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Terlebih bagi seorang muslim yang merindukan syafa’atnya, ia pun selalu melantunkan shalawat dan salam tersebut setiap kali disebutkan nama beliau Shallallahu 'alaihi wassalam. Karena memang shalawat kepada beliau Shallallahu 'alaihi wassalam merupakan ibadah mulia yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

(artinya): “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)



Makna Shalawat

Di antara makna shalawat Allah kepada hamba-Nya adalah apa yang disebutkan Al Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahih-nya dari Abul ‘Aliyah. Beliau berkata:

صَلاَةُ اللهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ, وَصَلاَةُ الْمَلاَئِكَةِ الدُّعَاءِ

“Shalawat Allah kepada hamba-Nya adalah pujian-Nya kepada hamba di sisi para malaikat, sedangkan shalawat para malaikat adalah mendo’akannya.”

Ibnu Hajar Al ‘Asqalani di dalam kitabnya, Fathul Bari Bisyarhi Shahih Al Bukhari menerangkan bahwa shalawat Allah adalah rahmat dari-Nya.

Di antara dalil yang menunjukkan bahwa shalawat para malaikat maknanya adalah do’a adalah hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِيّ عَلَيْهِ مَادَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللََّهُمَّ اغْفِرْلَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ

“Para malaikat senantiasa bershalawat kepada seorang hamba selama ia berada di tempat shalatnya. (Mereka mengatakan), “Ya Allah, berilah shalawat padanya. Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka bershalawat, maksudnya mendo’akan seorang hamba agar mendapat berkah dari Allah .”

Adapun makna dari ayat 56 dari surat Al Ahzab di atas adalah sebagai berikut:

Al Imam Ibnu Katsir berkata: “Bahwa Allah mengkhabarkan kepada para hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi makhluk-Nya yang tinggi. Di mana Allah memujinya di hadapan para malaikat yang dekat, dan para malaikat pun bershalawat kepadanya. Kemudian (Allah ) memerintahkan penduduk jagat raya bagian bawah (penduduk bumi) agar bershalawat dan mengucapkan salam atasnya (Nabi Muhammad), sehingga berkumpul segala pujian atasnya dari dua penghuni alam jagat raya yang di atas dan yang di bawah.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/ 508)

Al Imam Al Qurthubi berkata: “Ayat ini menunjukkan kemuliaan yang Allah berikan kepada Rasul-Nya di saat hidup dan wafatnya. Serta menyebutkan kedudukan dan mensucikannya dari jeleknya perbuatan orang-orang yang memiliki pikiran buruk terhadap beliau, atau terhadap istri-istrinya dan yang semisalnya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 14/ 232)

Asy Syaikh As Sa’di berkata: “(Dalam ayat ini) terdapat penjelasan tentang kemuliaan Rasulullah , ketinggian derajatnya, mulianya kedudukan beliau di sisi Allah dan di sisi makhluknya. Dan sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat, yaitu memujinya di hadapan para malaikat dan kelompok makhluk yang mulia, yang menunjukkan kecintaan-Nya kepada Nabi dan para malaikat yang dekat (dengan Allah) memberi pujian, mendo’akan serta merendahkan diri kepadanya. Maka wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam dalam rangka mengikuti Allah dan para malaikat-Nya serta sebagai balasan baginya atas sebagian hak-hak beliau atas kalian dan untuk menyempurnakan keimanan kalian. Mengagungkannya, mencintai dan memuliakannya, serta untuk menambah kebaikan-kebaikan dan menghapus kesalahan-kesalahan kalian.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671)



Keutamaan Shalawat Kepada Nabi

Di antara keutamaan yang Allah dan Rasul-Nya janjikan bagi orang yang bershalawat kepada Nabinya, adalah:

1. Allah bershalawat kepada orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad .

Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلىَّ عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً

“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan shalawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim no. 408)

2. Sebagai penghapus dosa-dosa dan menambah ketinggian derajat di sisi Allah .

Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّ عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرَ خَطَيـَاتٍ وَرَفَعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya 10 shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan dan diangkat untuknya 10 derajat.” (HR. An Nasai, 3/50 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)



Bagaimana Cara Bershalawat Yang Benar?

Ada beberapa riwayat shahih dari Rasulullah tentang tata cara bershalawat kepada beliau. Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari (no. 3370) dan Al Imam Muslim (no. 406) dari shahabat Ka’ab bin ‘Ujrah , ia berkata: “Rasulullah keluar menuju kami, lalu kami pun berkata: “Kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Dan diriwayatkan oleh Al Imam Muslim (no. 405) dari hadits Abu Mas’ud . Ia berkata: “Rasulullah datang kepada kami dan kami bersama Sa’ad bin ‘Ubadah. Lalu Basyir bin Sa’ad berkata kepada beliau: “Allah memerintahkan kami bershalawat kepadamu wahai Rasulullah, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?” Rasulullah pun diam sehingga kami berangan-angan seandainya dia tidak menanyakannya. Lalu beliau bersabda: ‘Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Al Imam An Nawawi mengatakan dalam kitabnya, Al Adzkar: “Apabila bershalawat kepada Nabi , maka hendaklah menggabung antara shalawat dan salam, dan tidak mencukupkan salah satunya. Maka janganlah ia mengatakan: ’shallallahu ‘alaihi’ saja, dan tidak pula (hanya mengatakan) ‘alaihis salam’ saja.”



Di Mana Saja Seseorang Bershalawat, Akan Tetap Sampai Pada Rasulullah

Dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda:

لاَتَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً وَصَلُّوا عَليَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ

“Jangan kalian menjadikan kuburanku sebagai (tempat) berhari raya dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Dan bershalawatlah kepadaku di manapun kalian berada karena sesungguhnya shalawat kalian (itu) sampai kepadaku.” (HR. Abu Dawud no. 2042 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Waktu-Waktu Yang Dianjurkan Untuk Bershalawat

1. Ketika Nama Beliau Disebut

Berdasarkan hadits Al-Husain bin ‘Ali bahwa Rasulullah bersabda:

البَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang yang kikir adalah orang yang jika disebut namaku di dekatnya, lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil, 1/5)

Dan dari hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Nampak kehinaan atas seseorang di mana aku disebut di dekatnya, namun dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. At Tirmidzi, Al Hakim dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’, 1/6)

2. Pada Hari Jum’at

Berdasarkan hadits Aus bin Aus, bahwa Rasulullah bersabda:

أَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوَْضَةٌ عَلَيَّ. قَالُوْا: كَيْفَ تُعْرَضُ عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ قَالَ: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلىَ اْلأرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَـاء.

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari jum’at, karena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku.” Mereka bertanya: “bagaimana bisa disampaikan kepadamu (sedang jasadmu telah hancur)?” beliau menjawab: Sesunggunya Allah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Ishaq Al-Harby dalam Gharibul Hadits dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’, 1/4 dan didukung oleh hadits-hadits yang lain)

3. Ketika Masuk Masjid

Berdasarkan hadits Fathimah ia berkata: “Adalah Rasulullah bila masuk masjid bershalawat untuk diri beliau sendiri dan berkata:

رَبِّ اغْفِرْلِي ذَنْبِيْ وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

“Wahai Rabbku ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.” (HR. At Tirmidzi, 2/314 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

4. Saat Berdoa

Berdasarkan hadits Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda:

كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَى اْلنَّبِيِّ

“Setiap doa tertutup hingga bershalawat kepada nabi .” (HR. Ad Dailami, dan dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani)

5. Di Waktu Pagi Dan Petang

Berdasarkan hadits Abu Ad Darda’ bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّ عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْراً وَحِيْنَ يُمْسِي عَشْراً أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku di waktu pagi 10 kali dan di waktu sore 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Ath Thabrani dan dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihul Jami’)

Al-Munawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil tentang keutamaan shalawat dan salam kepada Rasulullah dan hal tersebut termasuk amalan yang paling afdhal dan dzikir yang paling agung dan mengikuti (perintah) Al Jabbar (Allah ) dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi”, kalau sekiranya tidak ada ganjaran lain bagi yang bershalawat kecuali mengharap syafa’atnya, maka sudah mencukupi untuk kita semua.” (Faidhul Qadir, hal. 170-171)

6. Ketika Tasyahhud Dalam Shalat

Berdasarkan hadits Fadhalah bin ‘Ubaid, ia berkata: “Rasulullah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya (ketika tasyahhud) tidak memuji Allah dan tidak pula bershalawat kepada Nabi . Maka beliau bersabda: “orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggil dan berkata kepadanya:

إِذَ صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Jika salah seorang kalian shalat, maka hendaklah dia memulai dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian bershalawat atas Nabi, lalu berdoa dengan apa yang dia kehendaki.” (HR. At Tirmidzi, Abu Dawud, An Nasai, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jami’ Ash Shahih, 2/124)

7. Sesudah Adzan

Berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash bahwa Rasulullah bersabda:

إِذَ سَـمِعْتُمْ النِّدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَايَقُوْلُ, ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا, ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيْ اْلوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي اْلجَنَّةِ لاَتَنـْبَغِي إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِيَ اْلوَسـِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

“Jika kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan lalu bershalawatlah kalian kepadaku. Karena sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali. Lalu mintalah kepada Allah wasilah untukku karena (wasilah) itu adalah satu kedudukan (yang tertinggi-red) dalam jannah yang tidak sepantasnya (dimiliki)kecuali bagi seorang hamba diantara hamba-hamba Allah. Dan aku berharap (hamba) itu adalah aku. Maka siapa yang memintakan wasilah tersebut untukku, maka halal baginya syafa’atku.” (HR. Muslim) Wallahu A'lam Bis Showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kewajiban Mengamalkan Sunnah

Translate

>