MENUJU KEIMANAN YANG SEMPURNA


 Oleh Ali Wafa Abu Sulthon


Dalam memahami arti iman dan keimanan yang sesuai dengan pemahaman salafusholeh maka wajibnya kita merujuk kepada  kitabullah dan As-Sunnah sehingga keimanan yang ada pada diri kita sesuai dengan apa yang telah terbingkai dalam Al- Qur’an dan Hadist yang shohihah sebagai panduan abadi bagi kaum muslimin
Allah Azza wa Jallah berfirman dalam Surah Al Fath ayat 4 sebagai berikut

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيم
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya  keimanan mereka bertambah di samping  keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, {Surah Al Fath ayat 4}

Al-Imam Ibnu katsir Rahimahullah menggambarkan tentang keimanan para sahabat ridwanallahu alaihim ketika terjadi  perjanjian hudaibiyah dimana diberikan rahmat oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka ( para Shahabat ridwanallahu alaihim ) dengan menganugerahkan assakinah yaitu keteguhan hati terhadap hukum Allah dan Rasul-Nya dan mereka ( para sahabat ridwanallahu alaihim ) senantiasa teguh dan tegar dalam menjaga iman mereka sehingga bertambah iman mereka bersama iman mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.

Orang – orang yang beriman senantiasa mereka bergembira dengan iman mereka sehingga mereka tidak bersedih hati dan khawatir dengan apa yang mereka jalani, mereka hanya berusaha untuk merawat iman mereka dan bagaimana mencari langkah – langkah untuk menambah iman mereka setiap waktu tampa adanya kemalasan yang mengakibatkan berkurangnya iman seseorang sebagaiamana Alloh Azza wa Jalla berfirman dalam Al Qur-an Surah Al Anfal  ayat 2-4
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,2, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.3, Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.

Al Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menerangkan bahwa orang munafik tidak memasukkan sedikitpun dari mengingat Alloh Azza wa jalla dalam menegakkan kewajiban- kewajiban , mereka tidak beriman dengan ayat – ayat Alloh, mereka tidak melakukan sholat dikala sendirian dan mereka tidak bertawakkal kepada Alloh Azza wa jalla , juga mereka tidak membayar zakat dimana mereka  ( orang –orang Munafik ) dinyatakan oleh Alloh bahwa mereka tidak beriman maka ayat selanjutnya menerangkan tentang sifat –sifat orang – orang yang beriman yaitu  “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,2, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.3, Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ}
 “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim:27).
     Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) dan bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: {Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat}
     Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa keteguhan iman dan keistiqamahan dalam agama hanyalah Allah ‘Azza Wa Jalla anugrahkan kepada orang beriman yang memiliki ‘ucapan yang teguh’, yaitu dua kalimat syahadat yang dipahami dan diamalkan dengan baik dan benar.
     Maka berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bagi kita salah satu keutamaan dan manfaat besar mengikuti manhaj salaf, karena tidak diragukan lagi hanya manhaj salaf-lah satu-satunya manhaj yang benar-benar memberikan perhatian besar kepada pemahaman dan pengamalan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar, dengan selalu mangutamakan pembahasan tentang kalimat Tauhid (Laa Ilaaha Illallah), keutamaannya, kandungannya, syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, hal-hal yang membatalkan dan mengurangi kesempurnaannya, disertai peringatan keras untuk menjauhi perbuatan syirik dan semua perbuatan yang bertentangan dengan tauhid.
     Demikian pula perhatian besar manhaj salaf terhadap kalimat syahadat (Muhammadur Rasulullah), dengan selalu mengutamakan pembahasan tentang keindahan dan kesempurnaan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, disertai peringatan keras untuk menjauhi perbuatan bid’ah dan semua perbuatan yang bertentangan dengan Sunnah.
     Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Al Firqatun Naajiyah (golongan yang selamat dari ancaman azab Allah ‘Azza Wa Jalla/orang-orang yang mengikuti manhaj salaf) adalah orang-orang yang (sangat) mengutamakan Tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, seperti berdoa, meminta pertolongan, memohon keselamatan dalam keadaan susah maupun senang, berkurban, bernazar … dan ibadah-ibadah lainnya …, serta keharusan menjauhi syirik dan fenomena-fenomenanya yang terlihat nyata di kebanyakan negara Islam… Dan mereka adalah orang-orang yang selalu menghidupkan sunnah- sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ibadah, tingkah laku dan (semua sisi) kehidupan mereka, sehingga jadilah mereka sebagai orang-orang yang asing ditengah masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menggambarkan keadaan mereka: “Sesungguhnya islam awalnya datang dalam keadaan asing, dan nantinya pun (di akhir jaman) akan kembali asing, maka beruntunglah (akan mendapatkan surga) orang-orang yang asing (karena berpegang teguh dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam)” H.R Muslim. Dalam riwayat lain: “… Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebaikan ketika manusia dalam keadaan rusak”. Berkata Syaikh Al Albani: Hadits ini diriwayatkan oleh Abu ‘Amr Ad Daani dengan sanad yang shahih”
 .


Selengkapnya...

Kewajiban Mengamalkan Sunnah

Translate

>