MENYAMBUT RAMADHAN DENGAN HATI LAPANG DAN PERSIAPAN YANG SYAR'I

  Ditulis Oleh Ali wafa abu sulthon

Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum muslimin. Bulan yang sebelum kedatangannya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla: “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.” Bulan dimana orang-orang saleh dan para generasi salaf berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, Mualla bin al-Fadhl  Rahimahullah  berkata: “Mereka (salaf) selama enam bulan  berdoa kepada Allah supaya disampaikan ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima.” Supaya ramadhan yang akan datang kita bisa menjalaninya dengan sukses, maka perlu ada persiapan-persiapan yang baik. Sekarang apa saja yang perlu kita siapkan untuk menjamu tamu kita? Di sini akan diutarakan beberapa hal yang harus kita siapkan dalam menghadapi tamu idaman kita itu, bukan bermaksud untuk menggurui pembaca, tapi mungkin ada terselip sedikit manfaat yang dapat kita ambil dari apa yang ada.
Di antara persiapan tersebut adalah:
a. Persiapan Mental  ( Ruhiyah)
Islam selalu mengajarkan kita dalam melaksanakan amal shaleh harus diawali dengan niat yang tulus. Bahkan dalam beberapa amal shaleh, niat itu merupakan syarat atau rukun dari amal yang akan dilaksanakan. Secara psikologis niat sangat membantu amal yang akan dilakukan dan memberikan dampak yang sangat positif. Niat akan memunculkan sebuah semangat dan ketahanan seorang muslim dalam melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah niat menjadi pilar utama dalam beribadah. Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi oleh ibadah yang akan dilakukan orang-orang beriman selama sebulan. Oleh karenanya, diperlukan kesiapan mental dalam menyongsong pelbagai macam bentuk ibadah tersebut, khususnya puasa, bangun malam, tarawih dan lain-lain. Tanpa persiapan mental yang prima, maka orang-orang beriman akan cepat loyo dalam beribadah atau bahkan meninggalkan sebagian ibadah sama sekali. Kesiapan mental sangat dibutuhkan pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dan sebagainya, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusyukan ibadah Ramadhan. Padahal, kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan ‘i`tikâf dan taqarrub serta ibadah lainnya, maka insya Allah, dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan di mana
Ini adalah persiapan yang paling utama karena kekuatan ruh inilah yang akan menjadi motor penggerak segala bentuk ibadah kita sebelum, ketika dan pasca ramadhan. Maka itu apabila kita membaca sirah Rasul Shallallahu alaihi wasallam, betapa persiapan beliau dari sisi ini sangat luar biasa, yaitu dengan melaksanakan puasa sya’ban.Hal tersebut beliau lakukan dalam rangka mempersiapkan dan menyongsong kedatangan bulan Ramadhan. Disamping itu kita dianjurkan untuk banyak istighfar dan memohon serta memberi maaf agar kedatangan bulan suci kita sambut dengan hati bersih dari segala bentuk dosa dan perselisihan, rasa dengki dan penyakit-penyakit hati yang lainnya.Dan hal lain yang harus dilakukan dalam persiapan ruhi adalah banyak berdoa kepada Allah agar DIA menyampaikan kita kepada bulan Ramadhan. Ma’la ibn Fadl berkata “Para salafus shaleh berdoa selama 6 bulan agar mereka disampaikan hingga bulan ramadhan dan kemudian berdoa(pasca Ramadhan-pent) selama 6 bulan agar ibadah mereka diterima”.
Yahya Ibn Katsir berkata ” diantara doa yang dibaca oleh para salaf adalah Ya Allah selamatkan aku hingga bulan ramadhan dan karuniakan aku ramadhan dan terimalah ibadah-ibadahku pada bulan ramadhan”
b. Persiapan spiritual ( sulukiyah )
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca al-Qur’an, puasa sunnah, dzikir, do’a dan lain-lain. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya`ban, sebagaimana yang diriwayatkan `A’isyah ra.:
“Saya tidak melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya`ban.” (HR Muslim).
Bulan Sya`ban adalah bulan di mana amal shaleh diangkat ke langit. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis:
“Dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya`ban”. Rasul Shallallahu alaihi wasallam  bersabda: “Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam keadaan berpuasa.” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaymah).
Sebenarnya inilah hal-hal yang selama ini sering kita lupakan. entah itu karena kita tidak tahu, karena lalai, dan bahkan kita tahu, tapi berpura-pura tidak tahu.
c. Persiapan Fisik  ( Jasadiyah )
Fisik dan materi sangat menopang ibadah di bulan Ramadhan yang dilakukan seorang Muslim. Seorang Muslim tidak akan maksimal dalam berpuasa jika fisiknya lemah. Oleh sebab itu kita dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan diri sendiri, rumah, dan bahkan lingkungan kita. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  justru mencontohkan kepada umatnya agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan dalam berpuasa jika fisiknya lemah. Oleh sebab itu kita dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan diri sendiri, rumah, dan bahkan lingkungan kita. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  justru mencontohkan kepada umatnya agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan.
Menjaga kesehatan adalah bagian dari ajaran agama. Oleh karena itu berulang kali Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  mengingatkan umatnya agar meminta kesehatan kepada Allah dan menjaganya supaya tidak merugi, karena kesehatan adalah salah satu modal terpenting kita untuk bisa beribadah.
Orang yang merugi adalah yang tidak menggunakan kesehatannya untuk kebaikan dan yang lebih rugi lagi tidak menjaga kesehatannya. Rasullah Shallallahu alaihi wasallam  bersabda dalam hadist sahih riwayat Tirmidzi
“Dua nikmat Allah yang di situ banyak orang merugi, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang”
Ya karena banyak orang menyia-nyiakan kesehatan dan waktu luangnya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

d. Persiapan Ilmu. ( Naqliyah )
Yang satu ini jangan dianggap remah. Jangan mentang-mentang sudah setiap tahun melakukan puasa, lalu menganggap semua persoalan puasa sudah diketahui. Ingatlah bahwa salah satu syarat diterimanya amal adalah mutaba’ah. Yakni mengikuti sunnah dan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  Ibadah yang dilakukan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah tidak ada nilainya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  :
Barangsiapa mengamalkan suatu amal perbuatan, yang bukan merupakan perintah kami, maka ia tertolak (HR Muslim)
nah, agar ibadah bisa sesuai dengan sunnah Rasulullah  Shallallahu alaihi wasallam   itulah, kita dituntut untuk senantiasa mempelajari amal kita. berkaitan dengan amaliyah bulan ramadlan ini, maka kita pun harus persiapkan ilmu yang berkaitan dengan persoalan Ramadlan. Agar kita bisa menjalani kewajiban agung di bulan yang penuh dengan berkah ini dengan optimal. dan pahala kita diterima oleh Allah Azza Wa Jalla.
Dengan persiapan optimal yang komprehensif itu, insya Allah, bukan hanya kita memasuki Ramadhan dengan lapang dada dan fisik prima, tapi juga dengan semangat prima untuk berlomba menuju ke puncak kebaikan. Kondisi fisik dan mental yang prima adalah kondisi yang paling kondusif untuk kita beribadah secara optimal.
InsyaAllah, fadhilah-fadhilah (hikmah dan keutamaan) Ramadhan yang sangat banyak itu, hanya bisa diraih oleh orang-orang yang melakukan persiapan secara optimal dan serius.

Ramadhan adalah fase dimana kita memasuki dunia spiritual yang paling dalam. Dunia yang selama ini banyak dilalaikan oleh manusia lantaran disibukkan oleh dunia materi. Lama sudah barangkali kita bergulat dibelantara materialistik. Kita mungkin piawai dalam mencapai prestasi-prestasi material. Sementara kita gagal mengokohkan pilar-pilar spiritual. Sehingga sadar atau tidak, kita menjadi manusia yang lupa diri, lupa pada Pencipta kita, lupa pada tugas-tugas yang Allah 'AzzawaJalla embankan pada kita, lupa bahwa kita akan mati, lupa bahwa kita akan ditanyai tentang nikmat-nikmat yang begitu banyak Allah berikan pada kita- untuk apakah selama ini kita habiskan seluruh nikmat itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kewajiban Mengamalkan Sunnah

Translate

>