oleh Ali Wafa Abu Sulthon
Istiqomah
adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri
maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan
(kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.Inilah
pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Di antara
ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka
istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan
Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
Yang
dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli ulama
tafsir :
- Istiqomah di atas Tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
- Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
- Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi
( Zaadul Masiir, Ibnul
Jauziy, 5/304, Mawqi’ At Tafasir)
Dan
sebenarnya istiqomah bisa mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak
saling bertentangan.
Ibnu Abbas rodhiallohu 'anhu
menyatakan bahwa istiqomah adalah menjalankan faroidh.
Abul 'Aliyah rohimahulloh
memberikan makna istiqomah dengan ikhlas dalam beramal dan menjalankan syariat
agama.
Qotadah rohimahulloh mengemukakan
istiqomah dengan ketaatan kepada Alloh. (Jami'ul Ulum wal hikam, Ibnu
Rojab, Mu'assasatur Risaalah-Riyadh, V.10 - 2004 M: 1/508)
Walaupun para ulama' salaf berbeda-beda dalam
memaknai istiqomah, akan tetapiikhtilaf mereka bukanlah saling
berlawanan (Tudhadh), melainkan ikhtilaf yang saling menguatkan antara
yang satu dengan yang lainnya (Tanawwu'). Sehingga Imam Ibnu Rojab
setelah menukilkan perkataan para ulama', beliau menyimpulkan; Istqomah
adalah prilaku yang lurus, agama yang berdiri tegak, tidak condong
kekanan atau kekiri, yang meliputi seluruh amal ketaatan secara lahir maupun
batin, dan meninggalkan seluruh larangan (Alloh) secara lahir dan batin pula.
(Jami'ul ulum wal hikam, Ibnu Rojab Al Hambali, 1/510)
Suatu hari seorang sahabat yang mulia meminta
petunjuk kepada Rosululloh -shollallohu 'alaihi wasallam- dalam urusan
agamanya. Beliau adalah Sufyan bin Abdulloh rodhiallohu 'anhu.
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ :قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ
قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ بَعْدَكَ
قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Dari Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi
rodhiallohu 'anhu Beliau berkata: "Wahai Rosululloh, katakanlah kepadaku
dalam ajaran Islam ini satu ucapan, sehingga aku tidak bertanya lagi kepada
selain engkau tentang itu". Abu Mu'awiyah berkata: "(Bertanya kepada)
orang setelah engkau". Beliau menjawab: "Katakanlah, Aku beriman pada
Alloh, kemudian istiqomahlah (diatas jalan-Nya)." ( HR. Muslim: 55,
Tirmidzy: 2334, Ibnu Majah: 3962, Ahmad: 14869 dan yang lainnya)
Tips jitu Rosululloh shollallohu 'alaihi
wasallam yang diberikan kepada Sufyan bin Abdulloh dan seluruh umatnya,
adalah bukan sekedar omong kosong. Karena beliau tidak berbicara dari hawa
nafsu, melainkan wahyu dari Alloh ta'ala. Ibnu Rojab Al Hambali
berkata: "Wasiat Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam ini
meliputi seluruh aspek ajaran agama. (Jami'ul ulum wal hikam, Ibnu Rojab Al
Hambali, 1/510)
Syeikh Muhammad bin Shalih Al Utsimin rohimahulloh
menerangkan hadits diatas bahwa (قُلْ آمَنْتُ بِاللَّه )
adalah beriman kepada Alloh di dalam hati, dan ( ثُمَّ
اسْتَقِمْ ) adalah istiqomah dengan perbuatan. Maka kadar keimanan
seseorang kepada Alloh ta'ala dapat diukur dengan ketaatan
kepada-Nya. Kemudian beliau berkata: "Bagi siapa saja yang dapat
menerapkan wasiat tersebut dalam hidupnya, maka dia orang yang bahagia di dunia
dan akhirat." (Syarhul Arba'in An Nawawiyyah, Syeikh Muhammad bin
Sholih Al 'Utsaimin, Daar Al 'Aqidah-Cairo, 2000 M: 74)
Dalam Al qur'an dijelaskan balasan bagi orang
yang bisa beristiqomah di atas jalan-Nya. Alloh ta'ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ
أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ.
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ . نُزُلًا مِنْ
غَفُورٍ رَحِيمٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Alloh" Kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang Telah dijanjikan Alloh kepadamu. Kami adalah wali kalian
dalam kehidupan dunia dan akhirat, dan bagi kalian apa saja yang kalian
inginkan di dalamny. Sebagai hidangan dari yang maha pengampun lagi maha
penyayang." (QS. Fushshilat: 30-32)
Dalam ayat lain Alloh ta'ala
berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
. أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ .
"Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Alloh", Kemudian mereka tetap istiqamah
Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita.
Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka
kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang Telah mereka kerjakan." (QS.
Al Ahqaaf: 13-14)
Buah dari istiqomah sangatlah manis, yaitu tidak
akan merasakan sedih dan takut dalam hidup ini, dan di akhirat mendapatkan
balasan syurga atas apa yang telah diamalkan. Bila dicermati lebih dalam, apa
tujuan kerja keras manusia di dunia ini?. Dengan mengorbankan waktu dan
menempuh jarak yang panjang, memeras keringat dan fikiran?. Ternyata yang
dicari tidak lebih dari sekedar keinginan rasa nyaman dalam hidup, rasa aman
dan tidak takut, tentram tanpa gangguan apapun. Alloh ta'alatelah
memberikan jalan keluar yang sangat mudah untuk dilaksanakan. Bagi yang diberi
jalan kemudahan oleh-Nya, akan sangat mudah untuk menjalankannya. Dan
sebaliknya akan sangat sulit untuk orang-orang yang membangkang.
Bila istiqomah adalah komitmen dalam ajaran Islam
secara kaaffah, maka harus benar-benar diperhatikan rambu-rambu
yang ada di areanya. Garis-garis merah melintang adalah larangan, haruslah
ditinggalkan secara keseluruhan. Adapun kewajiban yang itu merupakan perintah,
harus dijalankan sesuai dengan aturan yang membawa syariat ini. Tidak boleh
menyimpang, mendahului atau bahkan melawan arus. Jika itu semua dilanggar maka
jaminan kenyamanan hidup baik di dunia ataupun di akhirat dengan sendirinya
akan gugur. Karena istiqomah sudah tidak lagi melekat erat pada dirinya.
Salah satu bentuk dari istiqomah adalah sebagaimana
yang disabdakan oleh Rosulullohshollallohu 'alaihi wasallam:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ
إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Alloh
adalah yang paling rutin dilakukan walaupun itu sedikit." (HR.
Bukhori: 5983, Muslim: 1303)
'Aisyah rodhiallohu 'anha menceritakan
tentang amal ibadah Rosululloh shollallohu 'alaihi wasalam:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ
"Dahulu Rosululloh shollallohu 'alaihi
wasallam apabila melakukan satu amalan, beliau menekuninya". (HR.
Muslim: 1253, Abu Daud: 1161)
Untuk senantiasa istiqomah di atas ajaran yang
mulia ini tidaklah mudah, bahkan sangat susah dan payah. Karena iblis dan bala
tentaranya tidak akan membiarkan itu terjadi pada hamba-hamba Alloh di dunia
ini. Mereka terus akan menggiring anak cucu Adam untuk diajak masuk ke dalam
jurang kesengsaraan paling dalam sebagai bahan bakarnya. Tentunya dengan
berbagai macam cara, sehingga dapat mempengaruhi mereka. Banyak godaan, banyak
ujian, yang merupakan kembang dalam taman kehidupan manusia. Karena Alloh ta'ala
menciptakan manusia untuk diuji; siapakah yang paling baik amalannya. Maka jika
sedikit saja tergiur dengan tipu daya seitan tentunya akan tercebur ke dalam
lautan kesengsaraan tak bertepi, terombang ambing dalam badai nista.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
membantu diri dan membentengi jiwa agar senantiasa dapat beristiqomah diatas
jalan-Nya, antara lain adalah:
1. Mempelajari ajaran agama Islam
sesuai dengan tuntunannya, sebelum menjalankannya.
Inilah yang disinggung oleh Imam Bukhori dalam
kitab shohih beliau "Bab al 'ilmu qobla Al qouli wal 'amal."
Islam adalah jalan yang lurus, dan ilmu tentangnya adalah cahaya, sedangkan
kebodohan adalah kegelapan. Tidak mungkin orang akan bisa berjalan dengan
stabil bila jalan tersebut gelap gulita. Yang ada hanyalah tersesat jalan atau
terjerebab ke dalam lobang. Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam
sudah mengajarkan kepada ummatnya segala sesuatu tentang agama ini, tergantung
bagaimana kita umatnya mempelajarinya dan mengamalkannya. Beliau shollallohu
'alaihi wasallam bersabda:
مَا بَقِيَ مِنْ شَيْءٍ
يُقَرِّبُ مِنَ اْلجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَقَدْ بُيِّنَ
لَكُمْ
"Tidak tersisa suatu apapun yang
mendekatkan diri pada syurga dan menjauhkan diri dari (siksa) neraka melainkan
sudah dijelaskan pada kalian." (HR. Thobroni dan Ahmad, dinyatakan
shohih oleh syeikh Al Albany dalam As Sisilah As Shohihah: 1803).
2. Budayakan saling menasehati
antar sesama, karena nasehat adalah inti dari ajaran Islam yang mulia ini.
Alloh ta'ala berfirman:
وَالْعَصْرِ .
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ
آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam
keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh, saling
menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran." (QS.
Al 'Ashr: 1-3)
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam
bersabda kepada para sahabat-sahabatnya:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ
الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
"Agama adalah nasehat ." kami
(Sahabat) berkata: "Nasehat untuk siapa wahai Rosululloh shollallohu
'alaihi wasallam?". Beliau menjawab, "Untuk Alloh, kitab-kitab-Nya,
Rosul-Nya, para pemimpin kaum muslikin dan seluruh umat Islam."(HR.
Muslim: 82, dari jalan Tamim Ad Dari rodhiallohu 'anhu).
Imam Nawawi rohimahulloh berkata:
"Hadits ini sangatlah agung, dan padanya sumber (ajaran) Islam." (Syarhun
Nawawi 'ala Muslim, Daar Ihyaa'utturots Al 'Aroby – Bairut, V.2, Th 1392
H: 2/37).
Alangkah indahnya hidup bila masing-masing
individu muslim sadar akan pentingnya hal ini. Saling mengingatkan antar
sesama, karena itu bukti cinta dia kepada saudaranya kerena Alloh. Dan karena
manusia pada dasarnya adalah memiliki sifat salah, maka diantara hak seorang
muslim yang harus dipenuhi oleh saudaranya adalah menasehati ketika dia berbuat
kesalahan.
3. Hidup dalam lingkungan yang sholeh
Lingkungan yang sholeh sangat membantu seseorang
di dalam mencetak dirinya sebagai seorang yang sholeh dan selalu istiqomah.
Bagaimana tidak demikian?, sedang disekelilingnya adalah cermin bagi dia untuk
senantiasa berkaca, apa yang kurang beres pada dirinya? Apa yang kurang pas?
Apa yang kurang baik? Semua pertanyaan akan dia jawab sendiri dan akan
dikembalikan pada dirinya sendiri, lalu dengan serta merta dia membenahinya.
karena arus sekitar di sekeliling hidupnya sangatlah deras, dan mau atau tidak
dia harus mengikutinya. Perumpamaan yang lebih sederhana daripada itu adalah,
pengaruh seorang sahabat dalam hidup. Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu
'alaihi wasallam:
مَثَلُ الْجَلِيسِ
الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ
الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ
مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
"Perumpamaan teman yang shalih dengan
teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi
penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya
atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan
membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." (HR.
Bukhori: 5108, Muslim: 4762)
Jika dalam persahabatan saja pengaruhnya sangat
luar biasa, bagaimana dengan arus lingkungan yang sudah tentu pengaruhnya jauh
lebih besar.
4. Senantiasa berdo'a kepada Alloh
ta'ala.
Do'a adalah senjata paling ampuh yang dimiliki
oleh seorang mukmin, sekaligus salah satu perantara untuk menunjang hidup
bahagia. Karena siapapun manusianya adalah hamba yang lemah, miskin papa dan
tidak memiliki daya upaya melainkan dari Alloh 'azza wajalla Sang
pencipta alam semesta. Dia senantiasa akan bergantung pada-Nya dan mengharapkan
belas kasih-Nya. Mengharapkan pertolongan, perlindungan, taufiq, hidayah dan
apa saja yang ia butuhkan dari-Nya. Begitulah seharusnya seorang mukmin. Karena
do'a merupakan ibadah yang paling agung dan inti daripada ibadah itu sendiri.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam
mengajarkan pada kita umatnya berdoa meminta ketetapan hati dan keteguhan jiwa
dalam indahnya iman. Doa yang senantiasa beliau lantunkan adalah:
ياَ مُقَلِّبَ
الْقُلُوْبِ ! ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
"Wahai Dzat yang Maha membolak balikkan
hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu." Dan tatkala beliau shollallohu
'alaihi wasallam ditanya tentang hal tersebut, beliau menjawab: "Sesungguhnya
hati anak adam berada di antara dua jari dari jari-jari Alloh Azza wajalla,
jika Dia berkehendak maka Alloh akan mencondongkannya dan jika berkehendak maka
Alloh akan meluruskannya." (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah.
Dinukilkan oleh Syeikh Al Bani dalam As Silsilah As Shohihah:
2091)
Diriwayatkan bahwa Hasan Al Bashri rohimahulloh
ketika membaca ayat ( إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا) beliau berdoa:
"Ya Alloh, Engkau adalah Robb kami, maka anugerahkanlah kepada kami
istiqomah". (Jaami'ul 'Uluum wal Hikam, Ibnu Rojab: 5/109)
Maka Istiqomah
itu adalah jalan menuju Keridhaan Alloh azza wa jalla sebagaimana para
Rasul dan Ambiya’ , juga para As –
Siddiqin dan Sholihin meniti jalan yang lurus dengan Istiqomah yang kokoh
bagaikan Pohon yang batangnya menjulang ke Langit dan Akarnya menancap ke bumi
dengan buah – buah yang bermanfaat bagi manusia , wallohu A’lam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar