BERJALAN DI JALAN YANG LURUS

                                                    
                                                        Oleh Ali Wafa Abu Sulthon

Dalam mengarungi kehidupan ini , bagi seorang muslim untuk senantiasa berjalan di jalan yang lurus sebagaimana kita memohon kepada Allah Azza wajallah dalam  sholat kita ketika kita membaca  surah Al- fatihah yaitu
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيم   

Artinya : Tunjukkan kami ke jalan yang lurus ( Al- fatihah ayat :6)

Berkata Al imam Ibnu Katsir Rahimahullah : ilhamkan kami, berikan kami taufiq, berikan kami rizki dan anugerahkan kami dan hidayah itu ada dua yaitu al irsyad dan taufiq.
Berkata As-syaikh Abdur-Rahman As-Sa’di yaitu  Tunjukkan kami, bimbinglah kami, dan berikan kami Taufiq ke jalan yang lurus. Jalan yang lurus itu adalah jalan yang terang yang menuju kepada Allah, Surga- Nya, mengetahui yang Haq dan beramal dengan jalan yang lurus, Tunjukkan kami ke jalan itu dan tunjukkan kami di dalam jalan itu maka hidayah ke jalan itu yaitu berpegang teguh pada Dienul Islam dan meninggalkan Dien – dien yang lain dan petunjuk jalan itu meliputi semua petunjuk berupa jalan Ad- dien ini dengan Ilmu dan Amal dan ini adalah do’a yang mencakup Ad- dien ini dan bermanfaat bagi seorang hamba dan wajib baginya untuk memohon kepada Allah dalam setiap raka’atnya begitu pentingnya dan shirothol Mustaqim adalah ( Jalan yang engkau berikan Nikmat ) yaitu jalan para Nabi , orang – orang yang jujur  ( Ash-shiddiq) , orang – orang yang  syahid dan orang – orang yang sholeh.
Berkata Abu Aliyah berkenaan dengan Ayat ( tunjukan kami ke jalan yang Lurus – Al – Fatihah ayat 6 ) bahwa  itu jalan Rasulullah Shollallahu alaihi wa salam dan Shohabanya setelah beliau shollallahu alaihi wasallam yaitu Abu Bakar rodhiyallahu anhu dan Umar rodhiyallahuanhu .
 Abdur.Rahman ibn Zaid Ibn Aslam  berkata: berkenaan ayat ( tunjukkan kami ke jalan yang lurus  -- Al fatihah ayat 6) yaitu  Al Islam.

Dari penafsiran  para ulama yang di atas  berkenaan dengan Ash-shiroth-ol- Mustaqim dapat disimpulkan sebagai berikut :

Ash-shirathol Mustaqim meliputi sebagai berikut :
  1. Al irsyad ( Dalil – dalil yang bersumber dari Kitabullah dan As-sunnah dalam pemahaman para shahabat )
  2. Shirothul wadhih ( jalan yang terang tampa adanya  kegegelapan dan keraguan terhadap Al Islam )
  3. Ad- Dienul Islam
  4. Jalannya Rasulullah shollallahu alaii wasallam ( baik dari perkataan, perbuatan, pernyataan dan Aqidah ( I’tiqod = Keyakinan ) tampa menambah dan mengurangi pada Sunnah dan hadist Beliau shollallahu alaihi wasallam
  5. Jalannya  Ash- shodiq ( jalan para shohabat ridwanallahu alaihim )
  6. Taufiq ( jalan yang dibimbing oleh Allah azza wa jalla kepada seorang hamba untuk menjadi hamba yang ta’at , orang – orang yang syuhada’ dan orang – orang yang sholeh)
Shirothol Mustaqim ( jalan yang lurus ) harus berusaha untuk mendapatkannya dengan jalan tholabul ilmi ( menuntut ilmu syar’i  yaitu belajar dan memahami kitabullah dan As- Sunnah ash-sohihah sesuai dengan pemahaman para shahabat ( yang dikenal di Al Qur’an yaitu Ash-shodiqin dan syuhadah baik dari kalangan muhajirin dan anshor Ridhwanallahu alaihim)  yang dijaga oleh Allah Azza wa jalla wa tabaroka wa ta’ala dalam mendampingi Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam dan Allah Azza wa jalla telah menjamin mereka  yaitu para shahabat sebagaimana firmanya :

       وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ                                                                                                                             
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. –( At-Taubah  ayat  100)

Telah nyata kesabaran dan perjuangan para shahabat ridhwanallahu alaihim dalam mengakui, mempersaksikan, mendampingi, membela dan mencintai Rasulullah shollallahu alaihi wasallam untuk menegakkan Kalimat Tauhid di bawah bimbingan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam di atas wahyu yang disampaikan oleh Jibril alaihissalam dari Rabb semesta alam ini maka para shahabat ridwanallahu alaihim berada di jalan yang lurus dimana kita dilarang menyimpang dari jalan para shahabat Ridhwanallahu alaihim dengan tidak menyelisihi mereka, menghina salah satunya , meragukan salah satu dari mereka Ridwanallahu alaihim dalam mengemban syareat ini.


Kita tentu sudah maklum bahwa jalan atau metode itu bermacam-macam. Namun jalan atau metode yang lurus, yang tidak ada kebengkokan inilah yang perlu kita ketahui. Dan itulah sesungguhnya yang senantiasa kita pinta di setiap sholat kita. Para ulama ahli tafsir dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan selain mereka telah berbeda pendapat tentang hal ini. Namun perbedaan tersebut tetap bertemu dalam sebuah makna yang sama.
Abdulloh Ibnu Abbas dan Jabir rodhiyallohu’anhuma mengatakan bahwa maknanya ialah Islam. Pendapat ini juga diikuti oleh Muqotil rohimahulloh. Sedangkan Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu mengatakan bahwa maknanya ialah al-Qur’an. Seperti yang diriwayatkan secara marfu’ dari Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu’anhu bahwa shirothol mustaqim adalah Kitabulloh (al-Qur’an).
Sedangkan menurut Said bin Juber rodhiyallohu’anhu ia bermakna thoriq (jalan) ke Surga. Sedangkan Sahl bin Abdulloh mengatakan bahwa ia bermakna jalan (ahli) sunnah wal jama’ah. Sedangkan Bakar bin Abdulloh al-Muzani mengatakan bahwa ia bermakna jalan Rosululloh Shollallohu’alaihi wa sallam. (Tafsir al-Baghowi: 1/54)
Dari penjelasan para ulama ahli tafsir di atas bisa kita pahami bahwa shirothol mustaqim, yang setiap sholat kita pinta itu, ialah jalan Rosululloh Sholallohu alaihi wasallam, jalan ke Surga, adalah Kitabulloh, al-Qur’an, Islam, dan jalan ahlu sunnah wal jama’ah.
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi (Aisarut Tafasir: 1/5) berkata:
Ihdina artinya tunjuki dan arahkanlah kami, serta kekalkan petunjuk kami. Ash-shiroth artinya jalan yang menyampaikan ke keridhoan dan Surga-Mu, yaitu berislam kepada-Mu.  Al-mustaqim artinya yang tidak ada penyelewengan dari kebenaran dan petunjuk padanya. Makna ayat ini, dengan pengajaran dari Alloh Azza wa Jalla, bahwa seorang hamba mewakili seluruh saudaranya kaum mukminin mengucapkan doa meminta kepada Robbnya setelah bertawassul kepada-Nya dengan memuji, menyanjung, serta mengagungkan-Nya. Lalu dengan perjanjian serta pengakuan –dia beserta seluruh saudaranya kaum muslimin– untuk tidak beribadah selain hanya kepada-Nya, dan tidak memohon pertolongan selain kepada-Nya pula. Mereka meminta kepada-Nya agar mengekalkan hidayah mereka ke Islam dan dalam Islam sehingga tidak pernah terputus darinya.”
Syaikh Abdurrohman Bin Nashir as-Sa’di rohimahulloh (Taisirul Karimir Rohman: 1/39) berkata:
”Kemudian Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: …ihdinash shirothol mustaqim… artinya tunjukilah kami, arahkanlah kami, serta berikanlah taufiq kepada kami menuju shiroth mustaqim, yaitu jalan yang jelas yang menuju kepada Alloh dan Surga-Nya, ialah mengetahui kebenaran serta mengamalkannya. Maka tunjukilah kami menuju shiroth dan tunjukilah kami (tatkala kami telah) di shiroth. Petunjuk menuju shiroth ialah memegangi (ajaran) agama Islam dan meninggalkan agama apa pun selainnya. Sedangkan petunjuk di dalam shiroth mencakup petunjuk menuju seluruh perincian ajaran Islam secara ilmu serta amal. Do’a ini termasuk do’a yang paling luas cakupannya dan paling bermanfaat bagi hamba. Oleh karenanya wajib bagi setiap manusia berdo’a kepada Alloh dengan do’a tersebut di setiap roka’at sholatnya, mengingat kebutuhan hamba yang sangat mendesak akan hal ini.”
Jalan Orang-orang Yang Diberi Nikmat
Jalan ahlu sunnah wal jama’ah yang merupakan shirothol mustaqim adalah jalan ke Surga. Ia merupakan jalan para pendahulu kaum muslimin yang sholih, sebagaimana disebutkan oleh Alloh Azza wa Jalla di dalam surat al-Fatihah, bahwa ia merupakan jalan yang dilalui oleh mereka yang telah mendapat kenikmatan dari-Nya Azza wa Jalla. Siapakah mereka itu semua? Mereka adalah yang disebutkan oleh Alloh Ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya):
“Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rosul), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 69)
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Baghowi (Tafsir al-Baghowi: 1/54):
“Tentang firman-Nya: …yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat… artinya ialah orang-orang yang telah Engkau anugerahi hidayah dan taufiq. Ikrimah mengatakan: ‘Orang-orang yang telah Engkau anugerahi keteguhan di atas iman dan istiqomah, mereka ialah para nabi ‘Alaihimussalam.Ada pula yang mengatakan bahwa mereka ialah siapa saja yang telah Alloh Ta’ala teguhkan di atas iman, dari kalangan para nabi dan orang-orang beriman yang Alloh Azza wa Jalla sebutkan di dalam firman-Nya (QS. an-Nisa’ [4]: 69 -pen).”
Itulah shirothol mustaqim yang senantiasa kita pinta kepada Alloh Ta’ala dalam setiap sholat kita, bahkan setiap kita membaca surat al-Fatihah. Kita senantiasa meminta shirothol mustaqim dan senantiasa memohon agar dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai dan jalan orang-orang yang tersesat.
“Orang-orang yang dimurkai ialah Yahudi, sedangkan orang yang tersesat ialah Nashroni. Sebab Alloh Ta’ala telah menetapkan kemurkaan bagi orang Yahudi, sebagaimana di dalam QS. al-Maidah [5]: 60. Dan telah menetapkan kesesatan kepada orang Nashroni, sebagaimana di dalam QS. al-Maidah [5]: 77.” (Tafsir al-baghowi 1/55)


Allohu a’lam bish showab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kewajiban Mengamalkan Sunnah

Translate

>